Protes Gen Z Maroko Tolak Rencana Pembangunan Piala Dunia 2030, 2 Tewas

Maroko tengah menghadapi gelombang protes besar yang dipimpin oleh generasi muda, khususnya dari kelompok yang dikenal sebagai Gen Z 212. pgatoto Protes ini dipicu oleh rencana pemerintah yang mengalokasikan dana sebesar $35 miliar untuk persiapan Piala Dunia 2030, yang akan diselenggarakan bersama oleh Maroko, Spanyol, dan Portugal. Para demonstran menilai bahwa dana tersebut seharusnya digunakan untuk memperbaiki sektor-sektor publik yang lebih mendesak, seperti kesehatan dan pendidikan.

Latar Belakang Protes

Gelombang protes dimulai pada akhir September 2025 dan telah menyebar ke berbagai kota besar di Maroko, termasuk Rabat, Casablanca, dan Marrakesh. Aksi ini dipicu oleh ketidakpuasan terhadap buruknya pelayanan publik dan tingginya tingkat pengangguran di kalangan pemuda. Salah satu insiden yang memicu kemarahan publik adalah meninggalnya delapan wanita saat melahirkan di rumah sakit umum di Agadir, yang dianggap sebagai akibat dari buruknya sistem kesehatan negara.

Tuntutan Generasi Muda

Para demonstran menuntut agar pemerintah mengalihkan fokus pembangunan dari stadion-stadion mewah menuju peningkatan fasilitas kesehatan dan pendidikan. Slogan seperti “Stadion ada di sini, tapi di mana rumah sakitnya?” menggema di berbagai kota sebagai bentuk protes terhadap alokasi anggaran yang dianggap tidak tepat. Gerakan ini juga menyoroti tingginya angka pengangguran di kalangan pemuda, yang mencapai hampir 36%, serta rendahnya kualitas layanan publik yang tersedia bagi masyarakat.

Reaksi Pemerintah dan Internasional

Pemerintah Maroko menyatakan bahwa pengeluaran untuk Piala Dunia 2030 merupakan investasi jangka panjang yang akan membawa manfaat ekonomi dan sosial bagi negara. Namun, reaksi keras dari masyarakat, terutama generasi muda, menunjukkan adanya ketidakpercayaan terhadap kebijakan pemerintah saat ini. Pihak berwenang telah melakukan penangkapan terhadap ratusan demonstran, dengan beberapa di antaranya menghadapi tuduhan serius seperti perusakan dan penyerangan terhadap aparat keamanan.

Di tingkat internasional, organisasi-organisasi hak asasi manusia mengecam tindakan keras yang dilakukan oleh aparat keamanan terhadap para demonstran. Mereka menyerukan agar pemerintah Maroko menghormati hak-hak sipil dan politik warganya, serta melakukan reformasi dalam sektor publik yang lebih mendesak.

Protes Gen Z di Maroko mencerminkan ketidakpuasan generasi muda terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap lebih mementingkan prestise internasional daripada kesejahteraan rakyatnya. Dengan dua korban jiwa sebagai akibat dari bentrokan dengan aparat keamanan, gerakan ini telah menarik perhatian dunia internasional. Ke depan, penting bagi pemerintah Maroko untuk mendengarkan aspirasi warganya dan melakukan perubahan yang signifikan dalam prioritas pembangunan, agar tercipta keseimbangan antara prestasi global dan kesejahteraan rakyat.

Apakah Hewan Bisa Berbohong? Ini Faktanya

Kita sering menganggap kebohongan sebagai tindakan yang hanya dilakukan manusia, karena berbohong memerlukan kemampuan berpikir kompleks, kesadaran diri, dan niat menyembunyikan kebenaran. Namun, dalam kajian biologi dan etologi (ilmu perilaku hewan), muncul pertanyaan menarik: apakah hewan bisa berbohong ?

Ternyata, beberapa hewan menunjukkan perilaku yang secara ilmiah dapat dikategorikan sebagai bentuk penipuan atau manipulasi. Meski tidak dilakukan dengan kesadaran moral seperti manusia, perilaku ini tetap menunjukkan bahwa kemampuan “berbohong” bisa saja bukan hak eksklusif manusia.

Penipuan dalam Dunia Hewan

1. Primata (Simpanse, Bonobo)

Primata dikenal memiliki kecerdasan sosial yang tinggi. Peneliti pernah mengamati simpanse jantan menyembunyikan makanan atau berpura-pura tidak tertarik pada objek tertentu agar tidak menarik perhatian lawannya. Ini bentuk manipulasi untuk mendapatkan keuntungan tanpa harus bersaing secara langsung.

2. Burung Gagak dan Jay

Burung gagak dan burung jay adalah burung cerdas yang mampu berpikir ke depan. Mereka sering berpura-pura menyimpan makanan di satu tempat ketika ada burung lain yang mengamati, lalu diam-diam memindahkannya. Ini bentuk penipuan untuk melindungi cadangan makanannya.

3. Cumi-cumi Jantan

Beberapa jenis cumi-cumi jantan kecil akan mengubah warna dan postur tubuh mereka agar terlihat seperti betina saat mendekati betina lain, terutama jika ada jantan dominan di dekatnya. Ini dilakukan untuk menghindari persaingan atau serangan, sekaligus meningkatkan peluang berkembang biak.

Baca Juga: Mitos atau Fakta Seputar Omicron: Meluruskan Informasi yang Beredar

4. Kupu-kupu, Katak, dan Ikan

Beberapa hewan menggunakan mimikri (meniru bentuk atau warna makhluk lain) untuk menghindari pemangsa. Meski bukan kebohongan dalam arti sosial, ini adalah bentuk penipuan visual yang berkembang secara evolusioner untuk bertahan hidup.

Apakah Ini Bisa Disebut Berbohong?

Dari sudut pandang manusia, berbohong berarti menyembunyikan kebenaran dengan kesadaran dan niat. Namun, dalam dunia hewan, tindakan seperti menyembunyikan makanan, menyamar, atau berpura-pura, dilakukan secara instingtif dan tanpa pemahaman moral.

Para ilmuwan menyebut ini sebagai penipuan adaptif, yaitu perilaku yang secara evolusioner menguntungkan hewan untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Jadi, meskipun hewan tidak “berbohong” seperti manusia, perilaku mereka menunjukkan fungsi biologis yang serupa.

Kesimpulan: Apakah Hewan Bisa Berbohong?

Jawabannya: ya, dalam konteks biologis. Hewan bisa melakukan tindakan manipulatif seperti menyembunyikan informasi, menyamar, atau menipu makhluk lain demi keuntungan mereka. Walaupun tidak disertai kesadaran etis, perilaku ini membuktikan bahwa strategi kebohongan alami bukanlah hal yang eksklusif bagi manusia.

https://baby-alive.com/