Usai Tragedi Al Khoziny, Kementerian PU Akan Cek 40.000 Bangunan Pesantren di Indonesia

Tragedi ambruknya ruang mushala di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur telah menewaskan puluhan santri dan melukai banyak lainnya. Kejadian ini memicu reaksi cepat dari pemerintah, terutama Kementerian pgatoto Pekerjaan Umum (PU), yang berencana melakukan pemeriksaan terhadap ribuan bangunan pesantren di seluruh Indonesia agar kondisinya aman dan sesuai standar konstruksi.

Latar Belakang Akibat Ambruknya Al Khoziny

Bangunan mushala Ponpes Al Khoziny ambruk saat renovasi, menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka serius. Peristiwa ini membuka keprihatinan menyeluruh tentang banyaknya pesantren yang dibangun tanpa izin bangunan gedung layak (PBG) atau tanpa pengawasan teknis memadai.

Setelah peristiwa itu, diketahui bahwa sebagian besar pesantren di Indonesia belum memiliki izin PBG, padahal izin tersebut penting untuk memastikan struktur bangunan memenuhi standar keamanan. Banyak pondok pesantren juga dibangun secara swadaya oleh masyarakat, dengan tenaga kerja dan materi yang tidak selalu sesuai standar rekayasa sipil.

Rencana Pemeriksaan 40.000 Pesantren

Skala dan Target Pemeriksaan

Kementerian PU merencanakan mengecek ±40.000 bangunan pesantren di seluruh Indonesia. Pemeriksaan ini menyasar pesantren yang rawan — misalnya, gedung yang sudah tua, sering direnovasi, dibangun bertingkat atau berubah fungsi tanpa perencana teknis — dan pesantren yang masih berada dalam kondisi bukan gedung resmi.

Kapan dan Bagaimana Pelaksanaannya

Pemeriksaan diproyeksikan dilakukan dalam waktu dekat, dengan pelibatan banyak pihak: teknisi dari Kementerian PU, pemerintah daerah, tenaga ahli struktur, serta kementerian terkait seperti Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri. Selain itu, layanan pengaduan (hotline) dibuka agar pesantren yang merasa bangunannya rawan bisa melaporkan agar dicek teknis oleh pihak berwenang.

Aksi Pemerintah: Pembangunan Ulang Al Khoziny dan Renovasi Pesantren

Pembangunan Ulang Ponpes Al Khoziny

Kementerian PU menyatakan akan membangun ulang gedung yang ambruk, bukan hanya memperbaiki. Pendekatan dari nol dianggap lebih aman dan lebih murah dalam jangka panjang dibandingkan patchwork atau tambal-sulam. Anggarannya akan bersumber dari APBN, dan kemungkinan bantuan swasta juga dipertimbangkan.

Program Renovasi dan Pencegahan

Selain pembangunan ulang di Al Khoziny, pemerintah merencanakan program renovasi gedung-pesantren tua atau yang dinilai berisiko tinggi. Prioritas akan diberikan pada pesantren dengan bangunan lama, kapasitas santri besar, dan tanpa izin PBG, agar segera diperbaiki agar memenuhi standar keamanan.

Tantangan dalam Evaluasi dan Perbaikan

Beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam proses ini meliputi:

  • Data lengkap pesantren: Perlu basis data yang akurat mengenai lokasi, kondisi bangunan, izin, usia gedung, dan modifikasi lama.

  • Sumber daya teknis dan finansial: Tidak semua pesantren memiliki akses ke ahli struktur, tenaga kerja bersertifikat, atau dana untuk renovasi besar.

  • Kepatuhan terhadap regulasi: Banyak pihak yang tidak memahami atau belum menerapkan PBG karena regulasi yang berubah dan kurang sosialisasi.

  • Koordinasi lintas lembaga: Sinergi antara Kementerian PU, Kementerian Agama, pemerintah daerah dan pihak terkait harus berjalan efektif agar pengawasan, izin, dan bantuan teknis dapat berjalan lancar.

Tragedi ambruknya mushala di Ponpes Al Khoziny menjadi titik balik penting bagi kamera pengawasan keamanan bangunan pesantren di Indonesia. Pemeriksaan terhadap ± 40.000 bangunan pesantren akan menjadi langkah besar untuk memastikan tidak ada lagi bangunan berbahaya yang bisa memicu kerugian jiwa. Pembangunan ulang Al Khoziny, program renovasi, serta pembukaan layanan aduan dan hotline adalah bagian dari upaya kolektif mencegah tragedi serupa.

Ke depan, penting agar pesantren dan pengelolanya memahami bahwa aspek teknis, izin bangunan, dan keselamatan bukan hanya masalah regulasi, melainkan menyangkut kehidupan banyak orang. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama agar kepercayaan terhadap fasilitas pendidikan keagamaan tetap terjaga—dengan bangunan yang aman dan layak.

https://baby-alive.com/